KAMAGAYO di Gelar Budaya IKPM DI



TARI “SENDANG TELOGO BIDADARI“
(KAMAGAYO – KELUARGA MAHASISWA GROBOGAN YOGYAKARTA)
DELEGASI - IKPM JAWA TENGAH
Salam Sedulor
Bumi Pepali Kabupaten Grobogan Jawa Tengah

Tari ini adalah tari yang diangkat dari cerita rakyat yaitu kisah Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan. Jaka Tarub sendiri adalah putra dari Syeh Maulana Magribi dengan istri Dewi Retno Roso Wulan (adik Sunan Kalijaga). Jaka Tarub merupakan pemuda yang suka berburu, dan pada suatu ketika Jaka Tarub  yang sedang berburu di hutan bertemu dengan orang tua, orang tua ini lantas memberinya ilmu agama dan pusaka yang diberi nama Tulup Tunjung Lanang.
Ketika, Jaka Tarub yang sedang berburu, mendengar suara burung perkutut yang sangat indah, kemudian dilepaskannya tulupannya itu. Namun, tulupannya tidak mengenai, di kejarnya terus, tetapi juga tidak mengenai. Sampailah di suatu tempat yaitu Sendang Telogo, di tepi sendang itu Jaka Tarub Menancapkan Tulup pusakanya, karena saat itu tiba waktunya Sholat Dzuhur, sambil istirahat Jaka Tarub menuju kearah sendang untuk mengambil air wudlu untuk Sholat Dzuhur. Di saat Jaka Tarub berwudlu tiba-tiba datanglah bidadari yang turun dari kahyangan untuk mandi, saat itu ada salah satu selendang dari bidadari yang diletakkan di atas Tulup Pusaka Jaka Tarub yang sedang ditancapkan di tepi sendang, setelah habis wudlu dan sholat dzuhur Joko Tarub langsung pulang tanpa membawa hasil buruannya. Kemudian sesampainya di rumah Joko Tarub bicara kepada ibunya kalau berburu hari ini tidak mendapatkan satu hewan buruan-pun, akan tetapi Jaka Tarub hanya mendapatkan selendang perempuan yang ditaruh di atas tulupnya dan dia sedang mandi di Sendang Telaga.
Sang Ibu tanpa banyak bertanya langsung menyimpan selendang tersebut di ruang khusus untuk menumpuk padi (Lumbung), kemudian Joko Tarub bergegas kembali lagi ke sendang dengan membawa pakain ibunya, setelah sampai di dekat sendang ternyata para bidadari sudah terbang kembali ke kahyangan. Namun, masih ada yang tertinggal, satu bidadari yang masih berada di tepi sendang Telogo dengan menangis sedih sambil berkata “ Sopo sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung tak dadekke bojoku “ artinya “ Barang siapa yang bisa menolong aku, jika dia perempuan aku jadikan saudaraku dan jika dia laki-laki maka akan saya jadikan suami” dan bidadari tersebut bernama Dewi Nawang Wulan. Kemudian, Jaka Tarub mendekat dan memberikan bantuan kepada Dewi Nawang Wulan. Setelah itu Dewi Nawang Wulan diajak pulang kerumahnya dan disampaikan bahwa ini adalah putri Sendang Telogo.
Sesuai dengan Ikrar atau janji Dewi Nawang Wulan tadi, akhirnya Joko Tarub menikah dengan Dewi Nawang Wulan. Dari pernikahannya dikaruniai putri yang diberi nama Dewi Nawangsih. Kemudian, ketika Dewi Nawang Wulan hendak mencuci pakaian berpesan kepada suaminya agar Jaka Tarub mengayun putrinya yang sedang terlelap tidur dan jangan sampai membuka kekep (tempat menanak nasi). Berangkatlah Dewi Nawang Wulan untuk mencuci pakaian ke sungai, namun setelah Dewi Nawang Wulan pergi kesuangai rasa ingin tahu Ki Ageng Tarub terhadap pesan istrinya timbul dan semakin penasaran apa yang sebenarnya dimasak oleh istrinya sampai beliau berpesan seperti itu, kemudian diam-diam Jaka Tarub membuka kekep itu, setelah melihat yang ada dalam kukusan beliau sangat terkejut ternyata yang dimasak istrinya hanyalah seuntai padi. Tidak lama kemudian Dewi Nawang Wulan datang dan langsung membuka masakan tersebut dan ternyata masakan masih utuh berupa padi untaian.
Kemudian Dewi Nawang Wulan bertanya kepada suaminya “ Apakah Ki Ageng membuka kekep itu? “ Dengan jujur Jaka Tarub menjawab “Ya, memang aku membukanya istriku”
Melihat kejadian itu Dewi Nawang Wulan menyadari sehingga beliau meminta kepada Jaka Tarub untuk dibuatkan peralatan dapur yang berupa Lesung, Alu dan Tampah.
Setelah kejadian itu Dewi Nawang Wulan sebelum memasak beras untuk menjadi nasi harus menumbuk padi terlebih dahulu, sehingga lambat laun padi yang berada di lumbung semakin lama semakin habis. Setelah tumpukan padi semakin menipis dan sampai tumpukan yang paling bawah yaitu padi ketan hitam ternyata ada pakainnya yang dulu hilang disaat mandi diletakkan di tepi telaga di atas Tulup Jaka Tarub yang kemudian diberikan kepada ibu Jaka Tarub dan oleh ibu Jaka Tarub diletakkan di bawah tumpukan padi kemudian diambilnya pakaian tersebut oleh Dewi Nawang Wulan dan terus menghadap Jaka Tarub.
Dengan diketemukan pakaian Dewi Nawang Wulan timbullah niat Dewi Nawang Wulan untuk kembali ke asalnya yaitu alam Kawidodaren ( Alam Bidadari ). Dewi Nawang Wulan sebelum pergi berpesan kepada suaminya Jaka Tarub, bila putrinya menangis minta disusui agar diletakkan di depan rumah di atas anjang-anjang yang nantinya Dewi Nawang Wulan akan datang.
Adapun sendang yang digunakan untuk mandi bidadari diberi nama “SENDANG TELOGO BIDADARI“ yang berada di Dukuh Sreman Desa Pojok Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Dan sampai saat ini lokasi Sendang Telogo Bidadari oleh masyarakat Grobogan masih dikeramatkan kususnya pada malam 10 Muharam.

Salam Sedulor

#Matur Sembah Nuwon#


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BALADA JAKA TARUB NAWANG WULAN

PROPOSAL KONGRES KAMAGAYO 2014